Loader

Artikel

Gerak Dakwah Muhammadiyah di Pendidikan

Ilustrasi: Guru SMK Muhammadiyah Sampit pada kegiatan ramadhan 1446 H

Muhammadiyah sejak lahir pada 1912 menempatkan pendidikan sebagai salah satu wahana utama dakwahnya. Dakwah Muhammadiyah tidak hanya berbentuk ceramah atau pembinaan keagamaan di masjid; sejak awal organisasi ini menaruh perhatian besar pada pendidikan formal dan nonformal sebagai medium pembentukan insan berakhlaq, berilmu, dan berkontribusi bagi bangsa. Konsep “pencerahan” yang diusung KH. Ahmad Dahlan diwujudkan lewat pendirian sekolah, madrasah, dan institusi pendidikan lain yang mengintegrasikan ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan modern. Uraian berikut menempatkan fenomena tersebut dalam kerangka: (1) skala dan distribusi lembaga, (2) praktik dakwah melalui kurikulum dan manajemen, (3) outputs dan dampak sosial, serta (4) isu dan arah penguatan.

Muhammadiyah didirikan pada 1912 oleh KH. Ahmad Dahlan di Yogyakarta dengan salah satu tujuan penting — reformasi agama melalui pendidikan dan dakwah rasional. Dalam satu abad lebih keberadaannya, Muhammadiyah tumbuh menjadi jaringan amal usaha yang sangat besar di bidang pendidikan. Secara kuantitatif, data resmi dan liputan institusional menunjukkan bahwa pada rentang tahun-tahun terakhir jumlah satuan pendidikan Muhammadiyah pada jenjang SD/MI sampai SMA/SMK mencapai lebih dari lima ribu sekolah, menampung lebih dari satu juta peserta didik. Rincian yang dipublikasikan oleh situs resmi menyebutkan total satuan pendidikan SD/MI sekitar 2.453, SMP/MTs sekitar 1.599, dan SMA/MA/SMK sekitar 1.294, dengan total siswa lebih dari 1.055.000 orang. Di ranah pendidikan tinggi, Perguruan Tinggi Muhammadiyah-‘Aisyiyah (PTMA) berjumlah ratusan institusi — laporan terbaru mencatat sekitar 170 lebih PTMA yang terdiri atas universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, dan akademi. belum lagi termasuk TK-ABA yang jumlahnya lebih dari 21.000 an.

Model dakwah lewat pendidikan: struktur kurikulum dan non-kurikuler

Gerak dakwah Muhammadiyah di bidang pendidikan dapat dilihat melalui dua jalur utama: (1) integrasi nilai-nilai Islam dalam kurikulum formal dan (2) kegiatan ekstrakurikuler serta layanan sosial yang menumbuhkan kebiasaan berkhidmat pada masyarakat.

  1. Integrasi kurikulum — Sekolah dan madrasah Muhammadiyah secara institusional memasukkan mata pelajaran keagamaan, pendidikan karakter, dan penguatan kompetensi sains/teknologi. Pendekatan ini berupaya mewujudkan profil peserta didik yang religius sekaligus melek ilmu pengetahuan (intellectual piety). Pengembangan silabus sering dikaitkan dengan pedoman Majelis Dikdasmen dan pusat kurikulum tingkat daerah yang bertujuan menjaga keseragaman mutu sambil memberi ruang adaptasi kontekstual. 
  2. Pembinaan guru sebagai agen dakwah — Guru di sekolah Muhammadiyah bukan hanya pengajar akademik; mereka dipersiapkan untuk menjadi pendidik karakter yang mampu menerjemahkan nilai dakwah ke dalam praktik pengajaran sehari-hari. Program pelatihan, workshop pembaharuan pedagogi, dan penguatan keislaman guru rutin diselenggarakan oleh majelis dan cabang organisasi untuk menjaga kualitas dakwah pendidikan. 
  3. Ekstrakurikuler dan layanan sosial — Kegiatan keagamaan, layanan kesehatan, bakti sosial, dan forum-forum ilmiah menjadi sarana langsung bertemu masyarakat dan menebarkan nilai-nilai Muhammadiyah. Model sekolah berkinerja tinggi sering menetapkan program pengabdian masyarakat (community service) sebagai bagian dari kurikulum, sehingga dakwah menjadi praktik sosial yang kontekstual.

 

Dampak kuantitatif dan kualitatif

Secara kuantitatif, skala lembaga yang besar memungkinkan Muhammadiyah menjadi pengelola sekolah swasta terbesar di Indonesia pada beberapa wilayah. Jumlah murid yang melampaui satu juta dan ratusan perguruan tinggi menempatkan Muhammadiyah sebagai aktor pendidikan yang signifikan dalam penyediaan SDM nasional. Selain itu, kontribusi terhadap tenaga pendidik — termasuk guru yang menjadi peserta seleksi PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja) — menunjukkan penetrasi organisasi dalam ekosistem pendidikan nasional. 

Secara kualitatif, sekolah-sekolah Muhammadiyah sering dipuji karena kombinasi pendidikan karakter dan mutu akademik. Banyak alumni PTMA yang aktif di sektor publik dan swasta, serta jaringan alumni yang memfasilitasi jejaring profesional. Di tingkat lokal, keberadaan sekolah Muhammadiyah menjadi instrumen pengentas kemiskinan melalui beasiswa, layanan bimbingan karier, dan program literasi ekonomi umat.

Tantangan gerak dakwah pendidikan Muhammadiyah

Meskipun capaian besar, gerak dakwah melalui pendidikan menghadapi sejumlah tantangan:

  1. Kualitas dan pemerataan — Jumlah besar lembaga tidak otomatis menjamin mutu yang seragam. Ada disparitas kualitas antar-wilayah terutama di daerah terpencil. Penguatan kapasitas manajerial dan profesional guru menjadi kebutuhan mendesak. 
  2. Modernisasi kurikulum — Perkembangan teknologi dan kebutuhan industri memerlukan penyesuaian kurikulum yang cepat, termasuk penguatan literasi digital, STEM, dan kompetensi abad ke-21 tanpa mengorbankan nilai keislaman.
  3. Sustainabilitas finansial — Pengelolaan sekolah skala besar menuntut tata kelola keuangan yang transparan dan inovatif agar layanan pendidikan tetap terjangkau bagi masyarakat luas.
  4. Regulasi dan hubungan dengan negara — Sinergi dengan kebijakan pendidikan nasional (Kemdikbudristek / Kemendikbud) perlu terus dibina agar program-program Muhammadiyah mendapat pengakuan standar nasional sekaligus mempertahankan otonomi nilai.

Berdasarkan analisis praktek saat ini dan literatur kelembagaan pendidikan, beberapa langkah strategis yang dapat memperkuat gerak dakwah Muhammadiyah di pendidikan adalah:

  1. Standarisasi mutu berbasis data — Mengembangkan sistem manajemen mutu terpadu (data-driven) yang memungkinkan pemantauan kualitas pembelajaran, rasio guru-siswa, sarana prasarana, dan outcome lulusan secara real time. Ketersediaan data akan membantu prioritisasi intervensi di wilayah tertinggal.
  2. Investasi pada pengembangan profesional guru — Skema pembelajaran berkelanjutan (CPD) untuk guru dengan modul yang menggabungkan pedagogi kontemporer dan penguatan akhlak keislaman. Jalinan kerja sama dengan universitas Muhammadiyah dapat memfasilitasi sertifikasi dan peningkatan kualifikasi.
  3. Inovasi kurikulum kontekstual — Merancang kurikulum lokal yang responsif terhadap kebutuhan ekonomi regional (mis. vokasi untuk daerah industri, agribisnis untuk daerah pertanian) tanpa melemahkan penguatan karakter.
  4. Kolaborasi publik-swasta dan internasionalisasi — Memperluas kemitraan dengan industri, donor, dan jaringan pendidikan internasional untuk memperkaya sumber daya, beasiswa, dan peluang mobilitas akademik.
  5. Penguatan penelitian dan evidensi — Mendorong PTMA menjadi pusat riset pendidikan yang memproduksi evidence-based policy untuk praktik dakwah pendidikan Muhammadiyah. Hal ini akan meningkatkan kredibilitas intelektual organisasi dalam forum pendidikan nasional dan internasional.

Gerak dakwah Muhammadiyah di bidang pendidikan adalah manifestasi strategi jangka panjang: mendidik umat agar berilmu, berakhlak, dan relevan dengan kebutuhan zaman. Keberhasilan kuantitatif—ratusan perguruan tinggi dan ribuan satuan pendidikan—menjadi modal besar, tetapi kualitas dan relevansi adalah tantangan utama ke depan. Dengan memperkuat manajemen berbasis bukti, mengintensifkan pengembangan profesional tenaga pendidik, dan mengadaptasi kurikulum yang responsif, Muhammadiyah berpeluang memperbesar kontribusinya bagi pendidikan nasional sekaligus mempertahankan karakter dakwah yang menjadi dasar organisasi sejak didirikan pada 1912.

 

Daftar Rujukan

  1. Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah — “Mempersiapkan Pendidikan Muhammadiyah yang Unggul dan Berkemajuan” (2024). Situs resmi Muhammadiyah. (Muhammadiyah)
  2. Muhammadiyah.or.id — artikel dan pernyataan statistik mengenai jumlah peserta didik dan lembaga (2024). (Muhammadiyah)
  3. Wartaptm.id — liputan tentang jumlah PTMA dan komposisinya (2024). (Warta PTM)
  4. Media Indonesia — liputan data murid dan guru Muhammadiyah (2024). (Media Indonesia)
  5. DapodikMu (Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah) — data distribusi sekolah per provinsi (basis data internal, diakses melalui situs Majelis Dikdasmen). (Dikdasmen PPM Muhammadiyah)

Redaksi : Humas