Peserta IHT SMK Muhammadiyah Sampit pada sesi membuat peta konsep AI
Sampit, 14 Oktober 2025 — Suasana semangat belajar tampak memenuhi ruang pelatihan guru SMK Muhammadiyah Sampit pada hari kedua kegiatan In House Training (IHT) bertema “Pembelajaran Mendalam, Koding, Kecerdasan Artifisial, dan Penguatan Pendidikan Karakter.” Selama tiga hari pelaksanaan, kegiatan ini menjadi momentum penting bagi para pendidik untuk memperkuat kompetensi abad ke-21, sekaligus memperdalam pemahaman terhadap teknologi kecerdasan artifisial (AI) dalam dunia pendidikan.
Pada sesi kedua, narasumber Ayu Oktarizza, S.Pd memandu materi bertajuk “Mengenal Koding dan Kecerdasan Artifisial.” Dengan gaya penyampaian yang interaktif dan aplikatif, Ayu membuka wawasan para guru tentang pentingnya literasi digital dan kemampuan berpikir komputasional sebagai bagian dari implementasi Pembelajaran Mendalam (PM). Ia menegaskan, bahwa pemahaman terhadap teknologi tidak lagi bersifat opsional, melainkan menjadi kebutuhan dasar dalam mendidik generasi yang hidup di era digital.
“Guru bukan hanya pengguna teknologi, tetapi juga fasilitator pembelajaran yang kreatif dan adaptif. Melalui koding dan AI, kita bisa menumbuhkan cara berpikir logis, sistematis, dan solutif pada peserta didik,” ujar Ayu.
Materi tersebut sejalan dengan gagasan dalam Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam yang disusun oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI (2025), yang menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi digital sebagai bagian dari proses belajar yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan. Teknologi, dalam konteks PM, bukan sekadar alat bantu, melainkan jembatan menuju pembelajaran yang relevan dengan dunia nyata dan tantangan masa depan.
Narasumber, Ayu Oktarizza, S.Pd, sedang penyampaikan materi seputar Kecerdasan Arifisial (KA)
Memasuki sesi ketiga atau materi ketujuh, Ayu melanjutkan dengan topik “Praktik Pemanfaatan KA dan Pengembangan Pembelajaran Unplugged.” Pada sesi ini, para peserta tidak hanya mendengarkan, tetapi juga terlibat aktif dalam praktik langsung. Mereka diajak memahami dasar-dasar kerja AI, mengenali manfaatnya dalam kegiatan pembelajaran, serta mendiskusikan potensi dampak negatifnya terhadap perilaku belajar siswa.
Peserta tampak antusias saat diminta membuat peta konsep yang berisi pengertian AI, manfaatnya bagi pendidikan, praktik baik penerapannya di sekolah, hingga solusi terhadap dampak negatif yang mungkin muncul. Dalam kegiatan ini, para guru juga dilatih menyusun prompt yang efektif untuk berinteraksi dengan aplikasi berbasis AI seperti ChatGPT atau Copilot, sebagai bentuk penerapan konkret dalam kelas.
Kepala SMK Muhammadiyah Sampit, Drs. Tahlirudin, dalam sambutannya menegaskan pentingnya kesiapan guru menghadapi perubahan paradigma pendidikan. “Kita tidak bisa menghindari era kecerdasan buatan. Namun, guru harus memastikan teknologi digunakan untuk memuliakan manusia, bukan menggantikannya. Itulah esensi pembelajaran mendalam yang sejati,” ujarnya.
Tahlirudin juga menekankan bahwa integrasi antara Pembelajaran Mendalam (PM) dan AI harus selalu berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan serta penguatan karakter peserta didik. “Teknologi tanpa moral akan melahirkan generasi cerdas tapi kehilangan arah. Karena itu, IHT ini juga kami rancang selaras dengan penguatan pendidikan karakter,” tambahnya.
Pembelajaran Mendalam (PM), sebagaimana dirumuskan dalam kebijakan Kemendikdasmen, menekankan tiga prinsip utama: berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Dalam konteks pelatihan ini, prinsip tersebut tampak nyata melalui suasana belajar kolaboratif, reflektif, dan penuh semangat. Guru tidak sekadar mempelajari teknologi, tetapi juga diajak merefleksikan nilai-nilai pendidikan yang mendasari penggunaannya.
Peserta IHT pada sesi membuat prompt baik untuk aplikasi AI
Salah seorang peserta, Diah Maya Sari, S.Pd., mengaku mendapatkan banyak pencerahan dari sesi ini. “Selama ini kami hanya mengenal AI dari sisi pengguna, tapi di pelatihan ini kami belajar bagaimana AI bisa diterapkan secara etis dan mendalam dalam proses pembelajaran. Kami juga belajar membuat prompt agar hasilnya relevan dengan konteks pembelajaran siswa,” ungkapnya.
Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian IHT yang berlangsung sejak Senin hingga Rabu, dengan fokus pada penguatan kompetensi guru dalam empat aspek utama: Pembelajaran Mendalam (PM), Koding, Kecerdasan Artifisial (AI), dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). Setiap sesi dihadirkan secara sistematis untuk mendorong guru memahami filosofi, praktik, serta inovasi pendidikan yang relevan dengan tuntutan era digital.
Dalam konteks kebijakan pendidikan nasional, pelatihan seperti ini turut mendukung upaya pemerintah menciptakan ekosistem pembelajaran yang kolaboratif dan berbasis teknologi digital. Guru diharapkan menjadi penggerak perubahan yang mampu membangun kelas-kelas yang inspiratif dan adaptif terhadap perubahan zaman.
Menutup kegiatan hari kedua, Ayu Oktarizza menegaskan bahwa AI bukan ancaman bagi guru, melainkan peluang untuk memperkaya praktik pembelajaran. “Teknologi akan bernilai bila digunakan secara bijak dan kreatif. Guru adalah pengendali arah pembelajaran, dan AI hanyalah alat bantu yang mempercepat proses belajar,” tuturnya.
Reporter : Humas