Loader

Artikel

SMK Muhammadiyah Sampit Tanamkan Spiritualitas Melalui Pembiasaan Shalat Berjamaah dalam IHT 2025

Suasa shalat berjamaah pada kegiatan IHT

Sampit, 14 Oktober 2025 — Suasana pelatihan In House Training (IHT) di SMK Muhammadiyah Sampit terasa berbeda dari kegiatan pelatihan guru pada umumnya. Selain fokus pada peningkatan kompetensi melalui tema besar “Pembelajaran Mendalam, Koding, dan Kecerdasan Artifisial, serta Penguatan Pendidikan Karakter”, kegiatan yang berlangsung pada 13–15 Oktober 2025 ini juga menanamkan nilai-nilai spiritual melalui pembiasaan shalat berjamaah dan kultum harian.

Bagi panitia, shalat berjamaah bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan bagian dari strategi pendidikan karakter. Setiap waktu dzuhur, seluruh peserta IHT diarahkan menuju musala sekolah untuk melaksanakan shalat berjamaah. Imam dan pemberi kultum dijadwalkan bergantian setiap hari, agar semua peserta berkesempatan berperan aktif dalam kegiatan spiritual tersebut.

Pada hari pertama, Senin (13/10), shalat dipimpin oleh M. Supian, M.Pd, dengan kultum disampaikan oleh Selamat Ramadhan, S.Pd. Hari kedua, Santoso, S.M. bertindak sebagai imam, sementara Etty Silvianni, S.Pd. memberikan kultum. Sedangkan pada hari ketiga, giliran Drs. Tahlirudin menjadi imam, dan Diah Maya Sari, S.Pd. selaku pemberi kultum singkat seusai shalat dzuhur.

Menurut Ratih Plara Ningrum, S.Pd., salah satu tim pelaksana kegiatan, pembiasaan ini merupakan momen reflektif bagi guru-guru yang mengikuti pelatihan. “Saya terharu melihat komitmen para guru. Biasanya, shalat berjamaah di sekolah lebih banyak diikuti oleh siswa, sementara guru hanya sebagian kecil yang turut hadir. Tapi dalam kegiatan IHT ini, semua guru hadir dan berbaris rapih di saf yang sama. Ini menjadi pemandangan yang indah sekaligus harapan baru bagi budaya sekolah kita,” ujarnya.

Ratih menambahkan, kebiasaan baik ini diharapkan tidak berhenti setelah IHT berakhir. Jika terus dilakukan secara konsisten, kegiatan ini dapat menjadi habitus spiritual yang memperkuat karakter warga sekolah. “Keteladanan guru adalah sumber pendidikan karakter paling kuat bagi siswa. Kalau guru terbiasa berjamaah, siswa pun akan meniru,” imbuhnya.

Pembiasaan shalat berjamaah ini sejalan dengan paradigma pendidikan Muhammadiyah yang menekankan pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai keislaman. Pendidikan, dalam pandangan Muhammadiyah, bukan hanya upaya mencerdaskan otak, tetapi juga membentuk jiwa dan moral.

Sejarah mencatat, KH. Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, memulai gerakan pembaruan Islam di Indonesia dengan mendirikan sekolah yang memadukan ilmu agama dan ilmu umum. Ia menolak dikotomi antara keduanya, sebab menurutnya, kemajuan umat tidak bisa dilepaskan dari keseimbangan spiritual dan intelektual.

Peserta shalat berjamaah sedang mendengarkan kultum

Dalam konteks itu, kegiatan shalat berjamaah di SMK Muhammadiyah Sampit bukanlah tambahan seremonial, tetapi bagian integral dari pendidikan karakter yang berakar pada nilai-nilai Islam. “Spirit IHT tahun ini sebenarnya ingin menghidupkan kembali pesan KH. Ahmad Dahlan: bahwa pendidikan sejati harus membebaskan manusia dari kebodohan, kemiskinan, dan kelemahan moral. Dan pembebasan itu dimulai dari hati yang bersih dan jiwa yang taat,” ungkap Ayu Oktarizza, S.Pd, salah satu pemateri IHT.

Selain mendalami filosofi pembelajaran mendalam (deep learning), para peserta IHT juga diarahkan untuk memahami pentingnya kesadaran spiritual sebagai fondasi pembelajaran. Dalam sesi refleksi setelah kultum, beberapa guru mengaku mendapatkan makna baru dari kebersamaan dalam ibadah.

“Biasanya kami sibuk dengan urusan administrasi dan tugas mengajar. Tapi ketika kami shalat bersama, ada rasa persaudaraan dan ketenangan yang luar biasa,” kata Etty Silvianni, S.Pd., guru mata pelajaran matematika juga salah satu pemberi kultum.

Kegiatan seperti ini, menurut pengamat pendidikan Islam, merupakan langkah konkret dalam memperkuat pendidikan karakter di era digital. Di tengah arus globalisasi dan penetrasi teknologi, sekolah sering kali terlalu fokus pada aspek kognitif dan keterampilan teknis. Padahal, karakter religius dan etika profesi menjadi pondasi utama dalam menghadapi perubahan zaman.

“Integrasi nilai spiritual dengan penguasaan teknologi seperti coding dan kecerdasan artifisial adalah pendekatan khas Muhammadiyah yang visioner. Ia tidak memisahkan iman dari sains,” ujar Drs. Tahlirudin, Kepala Sekolah sekaligus salah satu imam IHT.

Pelaksanaan shalat berjamaah dalam IHT ini juga menumbuhkan suasana kebersamaan dan saling menghargai di antara para guru. Nilai-nilai kejujuran, disiplin, tanggung jawab, dan keteladanan menjadi cermin dari praktik keagamaan yang hidup di lingkungan sekolah.

Ratih Plara Ningrum menegaskan bahwa pembiasaan seperti ini akan terus dilanjutkan meski IHT telah selesai. Ia berharap seluruh warga sekolah dapat menjadikan kegiatan ibadah bersama sebagai bagian dari budaya kerja dan budaya belajar di SMK Muhammadiyah Sampit.

“Sekolah bukan hanya tempat menyalurkan ilmu, tapi juga tempat menumbuhkan kepribadian. Dan shalat berjamaah adalah bentuk nyata pendidikan karakter yang menyentuh hati,” tuturnya.

Melalui IHT 2025 ini, SMK Muhammadiyah Sampit tidak hanya memantapkan kemampuan guru dalam bidang teknologi dan pedagogi, tetapi juga menegaskan kembali jati dirinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang berkomitmen melahirkan insan berilmu, beriman, dan berakhlak mulia.

 

Reporter : Humas