Loader

Artikel

SMK Muhammadiyah Sampit Teguhkan Karakter melalui Program 7 Kebiasaan Anak Hebat Indonesia

Peserta IHT SMK Muhammadiyah pada sesi presentasi 7 kebiasaan hebat anak Indonesia

Sampit — Hari kedua pelaksanaan In House Training (IHT) di SMK Muhammadiyah Sampit, Selasa (14/10/2025), dibuka dengan semangat baru melalui materi “Penguatan Pendidikan Karakter dan 7 Kebiasaan Anak Hebat Indonesia.” Materi yang berlangsung dari pukul 07.00 hingga 08.30 ini menghadirkan narasumber Susanty, S.Pd., seorang pendidik yang dikenal dengan kepiawaiannya menanamkan nilai-nilai karakter melalui pembiasaan positif di lingkungan sekolah.

Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian IHT bertema “Pembelajaran Mendalam, Koding, dan Kecerdasan Artifisial, serta Penguatan Pendidikan Karakter” yang diselenggarakan selama tiga hari, Senin hingga Rabu (13–15 Oktober 2025). Kepala SMK Muhammadiyah Sampit, Drs. Tahlirudin, menjelaskan bahwa pelatihan ini tidak hanya menekankan pada penguasaan teknologi dan pedagogi modern, tetapi juga pada pembentukan karakter sebagai fondasi utama pendidikan. “Kecerdasan buatan dan teknologi memang penting, tetapi karakter adalah ruh pendidikan. Sekolah yang hebat bukan hanya menghasilkan siswa pintar, melainkan siswa yang berakhlak, disiplin, dan peduli,” ujar Tahlirudin dalam sambutannya.

Dalam paparannya, Susanty menjelaskan bahwa penguatan pendidikan karakter (PPK) harus menjadi bagian integral dari Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) yang kini menjadi pendekatan utama di dunia pendidikan. Berdasarkan Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam (Kemendikdasmen, 2025), pembelajaran yang bermakna menuntut keterpaduan antara olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga. Artinya, siswa tidak hanya dilatih berpikir kritis dan kreatif, tetapi juga tumbuh menjadi pribadi yang berempati, berintegritas, dan bertanggung jawab.

Susanty menegaskan, pendidikan karakter tidak dapat dibangun hanya melalui ceramah atau nasihat moral, melainkan harus diwujudkan dalam kebiasaan sehari-hari di lingkungan sekolah. “Kebiasaan adalah jembatan antara niat dan perilaku. Jika kita ingin menanamkan karakter, maka yang perlu diciptakan adalah budaya sekolah yang konsisten dan meneladani nilai-nilai itu setiap hari,” ungkapnya.

Ia kemudian memperkenalkan konsep 7 Kebiasaan Anak Hebat Indonesia, yang meliputi: (1) Bangun Pagi, (2) Beribadah, (3) Berolah Raga, (4) Makan Sehat dan Bergizi, (5) Gemar Belajar, (6) Bermasyarakat, dan (7) Tidur Cepat. Ketujuh kebiasaan ini, menurut Susanty, selaras dengan nilai-nilai Profil Pelajar Pancasila dan sejalan dengan prinsip Pembelajaran Mendalam yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

Menariknya, dalam sesi ini para peserta IHT tidak hanya mendengarkan teori, tetapi juga diberi tugas untuk merancang program pembiasaan “7 Anak Indonesia Hebat” versi sekolah mereka. Hasil dari setiap kelompok akan dihimpun dan dijadikan rekomendasi untuk pengembangan program sekolah berbasis karakter di SMK Muhammadiyah Sampit.

Para guru terlihat antusias berdiskusi, menuliskan ide seperti “Jumat Bersih Berkarakter”, “Gerakan Literasi dan Refleksi Pagi”, hingga “Mentoring Akhlak dan Jiwa Kepemimpinan.” Beberapa peserta bahkan mengusulkan integrasi program ini dengan kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan keagamaan di sekolah.

Salah satu peserta, Riska Purwaningsih, S.Pd, menyebut bahwa kegiatan ini membuka kesadaran baru tentang pentingnya kolaborasi antar-guru dalam menanamkan karakter. “Kami jadi paham bahwa pendidikan karakter bukan tugas guru agama saja. Semua guru adalah pendidik karakter,” ujarnya.

Suasana kegiatan IHT yang hangat dan penuh semangat di SMK Muhammadiyah Sampit mencerminkan filosofi pembelajaran yang memuliakan—sebagaimana ditegaskan dalam Naskah Akademik Pembelajaran Mendalam (Kemendikdasmen, 2025)—yakni pembelajaran yang menghadirkan pengalaman berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menggembirakan (joyful). Prinsip ini berakar dari nilai-nilai pendidikan nasional dan pemikiran tokoh-tokoh seperti Ki Hajar Dewantara dan KH. Ahmad Dahlan yang menekankan pentingnya keseimbangan antara ilmu, moral, dan pengabdian sosial.

 

Reporter : Humas